( di soeara moeria online :
www.soearamoeria.blogspot.com, Kamis, 14 Maret 2013 )
Jepara-…Ya Rabbi
shalli ala Rasul/ Muhammadin Sirril ula/ wal anbiya’ wal mursalin/ al ghurri
khatman awwala// when we are meeting/ everything will be beautiful/ one of
heart one of the soul/ for studying together// disaat kita sedang berkumpul/
semua menjadi indah/ satu hati satu jiwa/ belajar bersama-sama…
Penggalan salawat Asnawiyah
mahakarya KH Raden Asnawi Kudus, diaransemen menjadi salawat bertajuk “Soulmate”—gubahan
bahasa Arab, Inggris dan Indonesia oleh Ali Mahmudi (37). Lantunan salawat
dalam 3 bahasa itu nyaring berkumandang usai materi bahasa Inggris di MTs Nurul
Islam Kriyan Kalinyamatan Jepara, MTs/ MA Miftahul Ulum Sukosono Kedung Jepara,
MTs Matholi’ul Huda Bugel Kedung Jepara, pondok pesantren Nurul Huda Mantingan
Tahunan Jepara dan Universal English Course (UEC) Jepara.
Ya, begitulah English Salawat yang dipopulerkan lelaki kelahiran Jepara 18 Juli
1976 yang juga memperoleh restu langsung dari Ketua LP Maarif NU kabupaten
Jepara,K. H. Zubaidi Masyhud,S.Pd.I,M.Pd. Juli 2011 lalu. Kemudian salawat yang
merupakan salah satu bentuk wujud nyata mahabbah kepada Rasulullah dilanggengkan
di tempat ia mengajar bahasa Inggris, hingga kini.
Awal mula suami Sofiatun (30)
terinspirasi tatkala di rumah mertuanya desa Troso RT.04 RW.10 kecamatan
Pecangaan dilaksanakan pertemuan selapanan
Jamiyyah Qurra’ Wal Huffadz (JQH)
kecamatan Pecangaan-Kalinyamatan. Usai mendengar salawat Asnawiyah itu ia pun
memperoleh insiprasi kemudian menggubah salawat itu menjadi “Soulmate”.
Tak hanya salawat karya mbah Asnawi,
“Syiir tanpo waton” Gus Dur dan “Dauni” pun digubahnya—menjadi salawat
Arab-Inggris yang isinya bentuk penghormatan kepada guru maupun spirit belajar.
Tujuannya kata Ali, lulusan IKIP
PGRI Semarang ingin meminimalisir pandangan Bahasa Inggris adalah murni
pelajaran umum. Menurutnya lewat Bahasa Inggris bisa juga untuk menyampaikan moral value (pesan moral) kepada peserta
didik. Sama seperti Habib Syekh menyampaikan pesan moral melalui salawat dan
syiiran bahasa Jawanya.
Hal itu baginya juga sejalan dengan
pendidikan karakter yang didengung-dengungkan oleh pemerintah. “Karakter yang
dimiliki oleh siswa madrasah dan santri berbeda dengan siswa umum. Siswa yang
membaca English salawat dan memahami isinya
bisa meneteskan air mata,” akunya.
Lewat English Salawat ayah
dari Ulya Fairuz Zahiroh (5) hendak membuktikan Bahasa Inggris bukanlah
pelajaran yang menakutkan tetapi akan menjadi mapel yang disukai. Apalagi
dengan membaca salawat selain untuk mengharapkan syafaat dunia akhirat juga
untuk kesuksesan dalam belajar. (Syaiful Mustaqim)
No comments:
Post a Comment